Minggu, 17 Februari 2013

Rengel Banjir Lagi, Bukti Ketidakbecusan PemKab Tuban


Banjir dan banjir lagi, itulah nasib warga yang tinggal didekat mulut sungai bengawan solo, khusunya daerah pinggiran Rengel, Tuban dan Kanor, Bojonegoro, lalu pertanyaan yang timbul adalah apa pekerjaan Pemerintah Kabupaten Tuban dan Bojonegoro selama ini? kebijakan yang diambil selama ini hanya membangun tanggul sungai yang hanya ala kadarnya, namun kenyataannya banjir selalu datang disaat musim hujan tiba, tak ayal, jika sudah begini rakyat kecil yang paling besar terkena dampaknya, pemerintah Kabupaten bojonegoro dan Tuban sendiri seharusnya lebih jeli dan tanggap dalam menangani musibah ini, karena tidak hanya sekali atau dua kali banjir menimpa desa kanor, gedung arum maupun sawahan, pemerintah terlalu lamban dan terkesan tidak mau tahu terhadap penderitaan warga, jika mengingat PAD Kabupaten Tuban yang besar dari hasil industri semen dan minyak bumi, maka kebijakan yang diambil seharusnya kebijakan yang bersifat antisipatif jangka panjang, bukan malah insidentil yang banyak mengandalkan program pasca bencana, tidak jauh berbeda dengan kebijakan yang diambil Pemkab Bojonegoro, dengan kekayaan alam yang melimpah berupa minyak dan gas  yang terpendam diperut bumi bojonegoro, ternyata kebijakannya juga tidak serta merta dapat menanggulangi banjir yang setiap tahun menimpa pemukiman dan persawahan penduduk, akhirnya wargalah yang menjadi korban.

Penanggulangan banjir diperbatasan Tuban Bojonegoro tidak cukup diatasi hanya dengan membangun tanggul dipinggiran kali bengawan saja, tapi perlu upaya yang lebih besar dan komitmen jangka panjang yang diharapkan mampu mencegah banjir hingga 30-40 tahun ke depan, seharusnya dengan koordinasi dan kerjasama yang komprehensif antara Pemerintah Kabupaten Tuban dan Bojonegoro, cara yang paling tepat untuk mengatasi banjir disekitar Kecamatan Kanor dan Rengel adalah dengan membuat bendungan dan jembatan, konsep tersebut menekankan pada penampungan besarnya debit air sungai dengan membuat bendungan besar yang bagian sisi-sisi sampingnya dibentuk seperti dinding tembok yang tebal dan tinggi, tinggi minimal 15 meter dan tebal 4 meter, setelah bendungan besar terbentuk, maka untuk meningkatkan mobilitas arus barang dan transportasi warga kedua kabupaten adalah dengan membangun jembatan diatas bendungan yang menghubungkan kecamatan Rengel dan Kanor tersebut, sehingga akan tercipta jalur perdagangan antara Kanor, Bojonegoro yang selama ini terisolir dengan pusat perdagangan kecamatan Rengel yang cukup maju, pembangunan bendungan tidak hanya berfungsi sebagai pencegah banjir saja, dengan mayoritas penduduk Rengel dan Kanor yang bermata pencaharian sebagai petani, maka bendungan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber pengairan untuk irigasi pertanian, sehingga produksi padi dan jagung yang ditanam warga akan semakin meningkat dan akan menjadikan kedua daerah tersebut sebagai lumbung padi kabupaten masing-masing, disisi lain, bendungan air tersebut dapat pula dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik tenaga air (PLTA) mengingat kebutuhan akan energi listrik daerah dan nasional yang semakin meningkat setiap tahun, bahkan selama ini warga banyak yang mengalami pemadaman bergilir disaat listrik dari PLN mengalami kekurangan energi maupun mengalami gangguan sambungan listrik, saya rasa pembangunan proyek-proyek tersebut mampu didanai oleh kedua kabupaten, mengingat Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Anggaran Penerimaan dan Belanja Daerah yang cukup besar, jika kedua kabupten tidak mau repot soal anggaran, kedua kabupaten bisa menggandeng perusahaan-perusahaan BUMN maupun investor swasta dan asing, melihat potensi yang sangat besar, pastinya mudah sekali mengadakan tender proyek-proyek tersebut, sekarang yang menjadi permasalahan adalah kemauan politik dari pemangku kebijakan kedua kabupaten, apakah kedua DPRD dan Bupati akan diam saja dengan duduk manis dikantor ber-AC atau sedikit meluangkan waktu untuk bekerja keras dan berjuang demi kesejahteraan masyarakat.

Bendungan besar yang diatasnya ada jembatan akan sangat menarik dimanfaatkan untuk kepentingan wisata, mengingat sumber daya alam yang cepat atau lambat akan habis, maka salah satu upaya penting adalah membangun industri pariwisata yang handal dan menarik sebagai pusat pembangunan ekonomi dan sumber pendapatan tambahan daerah, beberapa waktu yang lalu, penulis berkunjung melewati desa-desa diselatan sungai bengawan solo, tepatnya didesa gedungarum, pilang, kanor, baureno yang notabene masuk wilayah bojonegoro, ternyata kondisi infrastrukur dan keadaan penduduk disana masih sangat jauh dari kata baik, mulai dari jalan-jalan yang berlubang, tidak adanya lampu penerangan jalan, hingga jalanan yang amat sepi dan sunyi, hal itu menandakan bahwa ekonomi masyarakat setempat tertinggal jauh dari kecamatan Rengel dan daerah lain yang kondisinya masih lebih baik, selama ini kontribusi apa yang telah dilakukan Pemkab bojonegoro? dengan anggaran kabupaten bojonegoro yang besar seharusnya kehidupan masyarakat sedikit lebih makmurlah, atau jangan-jangan anggaran kabupaten hanya masuk ke kantong-kantong pejabat daerah untuk memperkaya diri sendiri dan kelompok masing-masing, terlihat jelas ketidakbecusan Pemerintahan kedua kabupaten dalam mengangkat kesejahteraan masyarakat, sudah berpuluh-puluh tahun, nasib rakyat tak kunjung berubah menjadi lebih baik, lalu apa tugas pemerintak kedua kabupaten selama ini, kebetulan penulis dulunya pernah bersekolah di MAN RENGEL dan banyak pula siswa-siswi dari kanor-bojonegoro yang bersekolah di MAN RENGEL, namun mirisnya adalah ketika setiap pagi, setiap pulang pergi sekolah mereka mesti menyeberangi sungai bengawan solo hanya dengan menggunakan rakit dan perahu kecil yang tentu amat berbahaya, belum lagi jika musim banjir tiba, arus sungai yang deras membahayakan keselamatan mereka, tak jarang pula mereka harus bolos sekolah karena banjir, jika sudah begini, mengapa bupati-bupati terkait tidak mundur saja dari jabatan mereka, toh mereka menjabat sebagai bupati pun juga terasa tidak ada gunanya, dari warga sendiri, salah satu cara menanggulangi banjir adalah dengan reboisasi bibir sungai bengawan solo yang memang gundul dan tidak ada pepohonan besar penahan banjir, dengan langkah awal penanaman pohon-pohon dibibir sungai, setidaknya sedikit dapat mengurangi dampak daripada banjir itu sendiri, itulah kritik dan gagasan dari suara rakyat yang teraniaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar